Anak Manja – Sebab dan Solusinya

Pengantar

Terkadang sebagai orang tua kita tidak menyadari bahwa kita telah memanjakan anak kita. Sesungguhnya ada bahaya tersembunyi membesarkan anak-anak dengan cara memanjakan. Semua orang tua mencintai anak-anak mereka dan menginginkan yang terbaik untuk mereka. Para orang tua tidak ingin anak-anak mereka tidak bahagia dan akan melakukan apapun untuk membuat mereka bahagia. Namun, di sisi lain banyak orang tua juga yang tidak mau dikatakan telah memanjakan anak mereka. Mereka berdalih bahwa anak adalah karunia yang mesti harus disyukuri. Terlepas dari itu menurut hasil penelitian, hampir dua dari tiga orang tua merasa anak-anak mereka manja. Ini sesungguhnya adalah masalah dan hal ini harus dihadapi para orang tua meskipun pada awalnya sebenarnya itu bukanlah tujuan mereka untuk memanjakan anak. Tanpa mereka sadari mereka telah memanjakan anak.

Permasalahan

Masalah “anak manja” nampaknya semakin meningkat dari hari ke hari. Delapan puluh persen orang tua menganggap anak-anak masa sekarang ini lebih manja dibanding anak-anak pada masa 10 atau 15 tahun yang lalu. Hanya 12 persen dari 2000 orang dewasa yang disurvei merasa bahwa anak-anak mereka tidak manja, bisa memperlakukan orang lain dengan hormat, sopan, bertanggungjawab, dan disiplin. Dalam tulisan ini penulis mencoba memaparkan bagaimana sebenarnya definisi atau ciri-ciri dari anak manja, akibat jangka panjang, faktor penyebab, pencegahan, dan solusi mengatasi anak manja jika hal tersebut telah terjadi.

Ciri-ciri Anak Manja

Istilah manja tersebut merujuk pada perilaku yang terlalu dipengaruhi oleh orang tua mereka. Anak-anak dan remaja yang dianggap manja dapat digambarkan sebagai ‘overindulged’, ‘muluk-muluk’, ‘narsistik’ atau ‘egosentris’. Harus dipahami kondisinya dulu secara keseluruhan. Tidak ada definisi ilmiah tentang apa yang disebut ‘manja’, dan para ahli sering enggan menggunakan label tersebut karena dianggap terlalu merendahkan anak.

Dia tidak mudah puas

Anak-anak yang manja sering tidak bisa mengungkapkan kepuasan dengan apa yang telah mereka miliki. Jika mereka melihat orang lain memiliki sesuatu, mereka pun pasti menginginkannya. Anak sering berperilaku tantrum. Tanda paling sering dari anak manja adalah anak yang sering menunujukkan amarah, baik di depan umum maupun di rumah. Anak secara sengaja melakukan tindakan yang sekiranya membuat orang tua malu sehingga dipenuhilah keinginan mereka.

Dia tidak mau membantu dan tidak pengertian

Tidak ada anak yang suka pekerjaan bersih-bersih, tapi begitu tahun balita berlalu, dia harus bersedia membantu tugas yang lebih kecil, seperti membersihkan mainannya dan melepaskan sepatunya sendiri. Dia tidak mau berbagi. Berbagi adalah konsep yang sulit untuk dipelajari, tapi begitu anak mencapai usia 4 tahun, ia harus lebih bersedia untuk berbagi mainan, makanan ringan, dan lain-lain dengan teman dan saudara kandung. Dia ingin orang tua menomorsatukan dia. Orang tua atau pengasuh adalah figur otoritas dan semestinya harus dipatuhi saat mereka menyuruh sesuatu bukan pada pihak yang senantiasa melayani yang membuat anak merasa sangat dijunjung.

Ketergantungan ekstrem pada orang tua

Jika anak tidak bisa pergi ke tempat tidurnya sendiri, dia harus senantiasa didampingi orang tua atau pengasuh, dia tidak pernah mau ditinggal, maka itu adalah masalah. Elkind mengatakan bahwa anak bergantung pada orang tuanya memang iya, tapi seiring bertambahnya usia, anak-anak harus belajar untuk merasa nyaman dengan orang lain dan dengan mereka sendiri

Akibat Anak Dimanjakan

Menjadi Tidak dewasa

Sebagai orang tua, tentu ingin memberi semua yang menjadi keinginan anak-anak untuk membuat mereka bahagia, tapi orang tua yang memberi terlalu banyak atau terlalu sering, bisa memanjakan anak mereka. Memanjakan anak-anak bisa berbahaya bagi anak-anak tersebut, baik secara sosial maupun perkembangannya. Karena anak-anak yang manja sering tidak belajar memecahkan masalah mereka sendiri, mereka bisa kekurangan keterampilan hidup yang diperlukan untuk menegosiasikan tuntutan akan kebutuhan mereka di masa dewasa nanti

Menjadi Ketergantungan

Anak-anak yang manja bisa menjadi terlalu tergantung pada orang tua mereka, yang dapat menyebabkan mereka mengalami kesulitan membuat diri mereka bahagia seperti orang dewasa. Peneliti Connie Dawson dan David J. Bredehoft mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa remaja yang manja berawal dari masa kecil yang dimanjakan orang tuanya. Ia selama ini cenderung percaya bahwa sendirian membuat seseorang tidak bahagia, dan sumber kebahagiaan mereka adalah orang lain, bukan diri mereka sendiri. Keyakinan ini ada dalam dirinya sehingga berbahaya

Memiliki Ketidakbertanggungjawaban

Bila anak dibesarkan menjadi anak manja, mereka sering tidak belajar perilaku yang bertanggung jawab. Menurut ” Baton Rouge Parents Magazine,” anak-anak yang manja tidak dapat memahami konsep batasan sebagai orang dewasa dan tidak dapat mengembangkan kepribadiannya sehingga mereka terjebak pada gaya hidup santai seperti berbelanja, berjudi, suka makan di luar, dan minum. Anak-anak ini terkadang tidak termotivasi dan dapat digambarkan sebagai anak yang malas atau pemarah. Kurang dalam kedewasaan emosional dan kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah, orang dewasa ini mungkin terdepak dan menjadi tidak bahagia dengan kehidupan mereka.

Tidak hormat dan pembangkangan

Ketidakpedulian dan pembangkangan merupakan ciri khas anak-anak manja, yang cenderung merengek, mengemis, mengabaikan atau memanipulasi untuk mendapatkan jalan mereka. Seringkali, anak-anak manja sangat overindulged sehingga mereka tidak bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara lain selain melalui perilaku negatif mereka. Pemberontakan bisa menjadi respon alami pada anak-anak ini, yang terlalu memperturutkan kemauan sendiri dan terlalu dilindungi

Keterampilan Hubungan yang Buruk

Karena mereka belum mengetahui bahwa hubungan melibatkan kedua belah pihak, yaitu saling memberi dan menerima, anak-anak yang dimanjakan dapat mengalami kesulitan dalam membuat komitmen dan menjaga persahabatan yang berarti. Bruce J. McIntosh, M.D., yang menulis dalam jurnal “Pediatrics,” menunjukkan bahwa anak-anak manja dapat menjadi tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, rentan terhadap amarah dan memiliki masalah dalam menunda kepuasan. Karena anakanak lain mungkin tidak ingin berada di dekat seseorang dengan karakteristik ini, anak-anak yang manja mungkin menjadi penyendiri yang tidak bahagia, yang bahkan tidak suka dengan dirinya sendiri

Sebab Orangtua

Rasa bersalah para orang tua

Dinamika keluarga pada masa sekarang ini sering membuat membuat orang tua dalam posisi harus memanjakan, demikian kata Gail Gross, spesialis pengembangan anak di Houston. Dalam keluarga di mana kedua orang tua bekerja, atau di rumah sebagai orang tua tunggal, perasaan orang tua adalah bahwa mereka memiliki sedikit waktu dengan anak mereka, dan mereka ingin menyenangkan anak mereka. Orang tua yang penuh rasa bersalah cenderung terlalu banyak memanjakan dan kurang mendisiplinkan anak-anak mereka, yang penting kehidupan di dalam rumah menjadi menyenangkan

Orang tua tidak memiliki energi untuk konsisten

Misalnya suatu hari orang tua melarang anak makan puding untuk sarapan, meski ada rengekan atau amarah dari anak; Keesokan harinya (ketika orang tua dalam kondisi kelelahan karena begadang dengan si bayi mungilnya), maka si orang tua berpikir bahwa tidak apalah membiarkan kakaknya makan puding, to itu tidak akan membuatnya sakit, sehingga menyerah dengan rengekan si kakak. Perilaku seperti ini mengajarkan anak bahwa peraturan itu tidak ada.

Orang tua terlalu banyak membantu

Saat balita frustrasi, banyak orang tua ingin segera terjun membantu, kata Lerner. Hal ini juga terjadi pada orang tua yang tergesa-gesa dan sedang stress. Anak-anak menjadi manja karena mereka mulai mengandalkan Ibu atau Ayah untuk melakukan segalanya – berpakaian, menyelesaikan teka-teki, mengambil kotak jus. Upayakan agar orang tua selalu mendorong anak untuk melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri

Orang tua ingin memberi semua yang tidak mereka miliki

Tentu saja, membeli barang untuk anak-anak sangat menyenangkan, terutama saat mereka bergerak melampaui fase bermain. Tapi memberi anak terlalu banyak bisa menjadi bumerang, membuat mereka selalu mencari hal baru berikutnya daripada merasa puas dengan apa yang mereka miliki. Orang tua yakin mereka adalah yang utama. Kita semua pernah melihat orang tua yang tersenyum saat anak-anak mereka berbicara keras, mendorong anak lain, atau mengetuk-ketuk benda-benda yang mudah pecah. Orang tua ini tidak mengerti bagaimana menghentikan perilaku tersebut, jadi mereka merasionalisasinya sebagai tindakan lucu. Lebih mudah memang dengan memaklumi daripada mencegah anak tersebut melakukan hal tersebut. Orang lain, bagaimanapun, tidak respek. Dan anak-anak yang tidak diberi batas atau aturan akan kesulitan untuk menghormati orang lain dan harta benda mereka di kemudian hari.

Pencegahan dan Solusi

Memberikan Tanggungjawab

Melakukan segala sesuatu untuk anak atau senantiasa melayani akan membuat anak menjadi manja. Namun hal tersebut bisa diperbaiki. Ada seorang anak yang menumpahkan minuman di lantai dan ia disuruh membersihkan oleh orang tuanya. Ia berteriak mengatakan ia sudah membersihkannya kemudian dengan enggan mengambil kembali lap dan pembersih ubin dan disemprotnya dengan cairan pembersih dengan setengah hati. Itu adalah pekerjaan rumah yang biasa dan mudah bagi si ayah atau ibu. Dan tampaknya akan lebih cepat jika dikerjakan oleh orang dewasa. Dalam benak orang tua mungkin juga berpikir bahwa mereka tidak cukup waktu mengajarkan anak mereka bagaimana melakukan pekerjaan rumah seperti itu. Namun sebagai orang tua.

Bermain dengan teman

Seorang anak akan merasakan saat di mana mereka merasa takut saat orang tua tidak melihat, tapi sebenarnya dengan itu mereka memiliki penilaian realitas yang baik. Dan jika ada perkelahian, mereka belajar mengendalikan diri karena teman mereka mungkin akan meninggalkan mereka jika ia tidak berkompromi. Bermain, pada dasarnya, adalah latihan dalam memberi dan menerima. Bermain akan memberi ruang anak-anak untuk mengambil risiko, bermain tanpa tekanan dari orang tua, berteriak, dan bersorak. Dengan melakukan itu, maka teman bermain anak sesungguhnya telah membantu orang tua dalam hal disiplin diri. Dan, banyak nilai lain dalam permainan yang bisa didapat anak-anak.

Fokus pada Nilai

Nilai. Di sini orang tua hendaknya fokus pada sistem nilai yang hendak dibangun. Ketika mendengar kata “manja” maka kebanyakan orang akan berpikir tentang orang tua yang tidak bisa mengatakan ‘tidak’ pada anak. Sebenarnya ini hanyalah masalah cara atau pendekatan. Agar anak mau melakukannya, misalnya anak diminta untuk membantu membersihkan kamar maka pendekatan orang tua adalah dengan mengatakan bahwa akan ada sekian pekerjaan (menyebut jumlah), kemudian mana yang sebaiknya dilakukan dulu. Sehingga di sini anak diberi pilihan yang memungkinkan ia merasa di pihak yang memutuskan. Kemudian orang tua melakukan kegiatan yang telah disepakati secara bersamasama, kemudian perlahan menyingkir, lalu orang tua memuji anak itu. Dengan cara ini, orang tua mendekati anak dari segi nilai. Meskipun kelihatannya memberi anak-anak kendali atas tugas-tugas apa yang mereka lakukan tetapi juga memberi kontribusi pada perasaan mereka. Pilihan itu penting dalam menuntun tingkah laku. Dan tidak masalah apakah itu pilihan nyata atau pilihan untuk sekedar memberi mereka ilusi kontrol.

Tenang dan Konsisten

Orang tua yang terlihat kehilangan kesabaran karena perilaku buruk seorang anak hanya akan membuat orang tua tersebut merasa tidak enak dan terlihat tidak terkendali dan ini tidak mengajarkan perilaku yang lebih baik bagi anak. Orang tua hendaknya selalu melakukan apa yang mereka katakan akan dilakukan. Jika orang tua memberitahu anak akan ada konsekuensi untuk perilaku tertentu, anak harus mengerti maksud orang tua. “Kali ini saya benar-benar mengambil mainan itu jika kamu tidak bermain dengan baik,” tidak bekerja saat orang tua sudah mengatakan itu beberapa kali. Gorski mengatakan bahwa seorang anak yang menangis meminta pertolongan bukan pertanda anak itu manja. Apa yang terbaik dari semuanya adalah memulai segala sesuatu dari awal dan secara konsisten menetapkan batas, dengan tetap memahami kebutuhan perkembangan bayi, balita, dan anak agar seimbang antara kebebasan dan aturan.

Artikel selengkapnya

Download disini https://www.youtube.com/channel/UCWJvzlloMDNTE4Qmd90dcFQ?view_as=subscriber