Artinya, meskipun hukum mempelajari ilmu tajwid fardhu kifayah, tetapi membaca Al Quran dengan baik dan benar adalah keharusan (fardhu ‘ain). Hal ini disampaikan dalam firman Allah Al-Qur’an Surat Al-Muzzammil ayat ke-4:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: “Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya membaca Al Quran secara seksama (tartil). Maksudnya ialah membaca Al Quran dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati.
Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca Al Quran dengan tartil. Sehingga surah yang dibacanya menjadi lebih lama dari membaca biasa.
Dalam hubungan ayat ini, Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mugaffal, bahwa ia berkata:
“Aku melihat Rasulullah saw pada hari penaklukan kota Mekah, sedang menunggang unta beliau membaca Surah Al-Fath. Dalam bacaan itu Beliau melakukan tarji’ (bacaan lambat dengan mengulang-ulang).”